Gapura SMP Muhammadiyah gagah berdiri di antara pepohonan samping kanan
dan kirinya, tampak tiga burung emprit saling berkicau menyambut para
murid baru yang datang berebut memasuki gapura berwarna cokelat itu,
hari ini adalah tes klasifikasi kelas, SMP Muhamadiyah itu memang
terkenal sejak dulu dengan lembaga pendidikan baik sarana maupun
kualitasnya, Bayu Indra Kusuma tampak bangga melangkah dengan percaya
diri dadanya sedikit membusung seperti burung Elang menyuapi
anak-anaknya, kemudian melangkah memasuki Gapura, dia sambut tulisan
yang ada di gapura dengan penuh percaya diri, what do I look for “apa yang kucari, kira-kira begitu artinya” Bayu nyengir, melihat tulisan berbahasa Inggris itu.
“Hari
ini adalah tes klasifikasi kelas, kelasnya A,B,C,D,E,F,G,H, hmmmm
tenang, dengan NEM 40,66 pasti aku akan masuk ke A” Bayu berjalan menuju
tempat tes, dicarinya ruangan tes yang tertera namanya, akhirnya dia
temukan juga tempat itu, nomor 24 Bayu Indra Kusuma
“Ini dia yang kucari...” senyum menghiasi bibir yang agak menghitam.
“Dari mana mas??” tanya orang asing yang duduk di sebelahnya.
“Aku dari Gedang desa sebelah ini lho mas” Bayu menjawab sambil mengulurkan tangannya ke arah orang asing tadi.
“Bayu”
“Eka”
“owh... Ngomong-ngomong NEM pean berapa ya??” Bayu membuka pertanyaan selanjutnya, sambil menatap mata Eka.
“Dikit mas, Cuma 36, pean???” Eka balik tanya.
“Aku,
Alhamdulillah aku mendapat NEM 40”Bayu mengeluarkan jurus senyumnya,
Bayu menatap Eka, serta merta Eka langsung menunduk diam.
Eka
terperengah mendengar jawabannya, tak disangka ternyata anak yang
tingginya tidak lebih darinya ini anak yang genius, “Nggak rugi aku
kenalan dengan anak ini” Eka bergumam dalam hati.
BAYU INDRA KUSUMA!!!!
Terdengar suara dari sound yang di taruh menyandar dinding, Bayu agak kaget mendengarnya.
“Saya duluan ya Ka...” Bayu berdiri sambil mengatur nafas.
“Ya, moga berhasil”
Suasana
ruang tes begitu berwibawa, tampak seseorang mengenakan seragam biru
tua polos sedang duduk di balik meja, kumisnya tercukur rapi tampak
lebih muda, tapi kulit hitamnya tidak dapat menyembunyikan umurnya yang
sudah di atas kepala empat. Terdapat dua Alquran di atas meja di
depannya. Satunya menghadap penguji yang satunya menghadap ke peserta
Ujian. Bayu duduk jantungnya berdetak tak terkira.
“Nama anda Bayu??”
tanya orang itu sambil membuka tumpukan kertas di depannya. Diangkatnya
kacamata putih tebal yang melorot di atas hidungnya.
“Ya pak” Bayu tergagap, ditegakkan badannya agar terlihat lebih sopan.
“Baca 5 ayat pertama surat Maryam” Perintah penguji, menggantung di dada kirinya nema Ust. Sunaryo.
“Baca 5 ayat pertama surat maryam” Ucap penguji lebih keras dari sebelumnya.
Bayu
terengah dari lamunannya membaca Alquran bukan hal yang mudah baginya,
saat SD pun Bayu masih Iqra’ 4, itupun dia sering bolos karena ikut
latihan sepak bola setiap sore di kampung sebelah.
“kaaa haaa yaaa ngaa shoo” Bayu mulai membaca ayat pertama, partikel air mengkilap mulai bermunculan di mukanya, Bayu mulai membungkukkan badannya.
***
Bayu
berlari menuju papan pengumuman hitam yang ditempeli kertas bertabel di
depan kantor itu, “Pasti aku di A, atau paling nggak B lah” Bayu
berprasangka, jarinya mengurut pelan dari atas hingga ke bawah, deretan
nama-nama tersebut dielusnya dengan teliti. Kelas A, tak menyebut
namanya, “Pasti di B!!” Bayu bergumam. Kelas B tidak juga menyebutkan
namanya. Lima menit berlalu Bayu mengurut semua nama dalam tabel itu,
dadanya berguncang, nafasnya tidak teratur, saat menemukan huruf B A Y U
ada di kelas H. Bayu tertunduk “Kok bisa begini??????” Bayu resah.
“Awas ya para Guru, anda pasti menyesal menempatkanku di kelas H.” Umpat bayu dalam hati.
Teeeeet teeeet teeeet
Bel
berbunyi, para murid berhamburan menuju kelas masing-masing. Bayu
terpaku menatap kelas A dari kejauhan, kelas A yang dia anggap lebih
pantas menampungnya dari padaaaa H, dilihatnya sosok yang tidak asing
baginya.
“Eka” Bayu terkejut...... matanya mendung melihat sosok berkulit sawo matang itu berdiri di depan pintu kelas yang dia harapkan.
0 Komentar